Bekasi / Kota /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 05/03/2025 20:00 WIB

Menyingkap Biang Keladi Bencana Banjir Bekasi

WhatsApp Image 2025 03 04 at 14.52.44
WhatsApp Image 2025 03 04 at 14.52.44

DAKTA.COM_ Pilu dialami warga Perumahan Villa Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, pasca banjir surut. Tak hanya berkutat dengan endapan lumpur dan puing-puing sisa banjir, warga kini juga sangat membutuhkan makanan hingga peralatan kebersihan.

 

Warga mengaku kesulitan membersihkan sisa-sisa lumpur banjir lantaran minimnya peralatan kebersihan karena semuanya terbawa banjir. Banyak warga yang juga mengeluhkan bantuan makanan dari pihak-pihak terkait yang belum tersedia.

 

"Kami sangat memerlukan makanan untuk warga terdampak dan peralatan kebersihan seperti serokan dan sarung tangan," ujar Yuda Suhendra, Ketua RT 01 RW 12 di Bekasi, Rabu (5/3/2025).

 

Yuda menyebut, warga terdampak banjir di RT 01 terdiri dari 15 KK. Mayoritas yang mengungsi adalah lansia hingga balita lantaran banjir mencapai tiga meter. Beberapa warga lainnya memilih bertahan di lantai dua rumah.

 

"Warga yang paling rentan, seperti ibu-ibu, bayi, dan lansia, terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih aman guna menghindari risiko kesehatan dan keselamatan," ungkapnya.

 

Yuda berharap pihak-pihak terkait segera memberikan bantuan logistik untuk para warganya. Banyak lansia, ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita yang saat ini sedang menanti ketersediaan makanan yang masih sulit diperoleh pascabanjir.

 

Puluhan titik banjir di Kota Bekasi diketahui sudah sepenuhnya surut. Banyak warga yang sudah kembali ke kediamannya untuk melakukan bersih-bersih lumpur sisa banjiR.

 

Banjir besar melanda Kota Bekasi pada Selasa 4 Maret 2025 setelah hujan deras mengguyur sejak Senin malam. Sejumlah wilayah tergenang dengan ketinggian air mencapai 2,5 meter, menyebabkan ribuan warga terdampak. Perumahan Villa Nusa Indah 1 dan 2 menjadi salah satu lokasi terparah, dengan air yang hampir menutup atap rumah satu lantai.

 

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa dari data Personal Weather Station (PWS) yang terpasang sejak 17 Februari 2025, tidak tercatat curah hujan dengan intensitas ekstrem di atas 100 mm hingga 150 mm per hari di Bekasi.

 

“Saya sudah cek data dari PWS yang ada di Kota Bekasi. Dalam satu bulan terakhir, tidak ada intensitas hujan ekstrem di atas 100 mm atau 150 mm. Tapi memang curah hujannya cenderung terjadi hampir setiap hari,” kata Erma dikutip Rabu (5/3/2025).

 

Erma menjelaskan bahwa hujan yang tercatat di PWS Kota Bekasi menunjukkan intensitas sekitar 40-50 mm, namun tidak setiap hari. Selain itu, pola hujan di Jabodetabek menunjukkan bahwa hujan yang turun di Jakarta cenderung bergeser ke timur, yaitu ke wilayah Bekasi.

 

“Hampir setiap hari hujan turun di Jabodetabek, tetapi Jakarta justru lebih jarang. Biasanya hujan yang terjadi segera bergeser ke timur, yakni ke Bekasi,” jelasnya.

 

Selain itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap banjir adalah pergeseran hujan dari wilayah Bogor dan Kabupaten Bekasi akibat angin monsun dari barat. Hujan yang terjadi di selatan Bekasi dan Bogor turut mempengaruhi kondisi banjir di Kota Bekasi.

 

“Angin monsun dari barat menyebabkan hujan secara sinoptik. Jadi, meskipun hujannya tidak terjadi langsung di Kota Bekasi, wilayah selatan seperti Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor tetap memiliki pengaruh,” tambahnya.

 

Lebih lanjut, Erma menyoroti faktor tata kelola drainase dan daerah aliran sungai (DAS) yang tidak mampu menampung air dalam jumlah besar. Menurutnya, faktor hujan hanya berkontribusi sekitar 30 persen terhadap banjir, sementara 70 persen disebabkan oleh kondisi DAS dan drainase kota yang tidak optimal.

 

Banjir Bekasi ini bukan hanya akibat hujan lokal, melainkan juga dari sistem DAS yang sudah tidak mampu lagi menampung air, serta drainase kota yang tersumbat. Itu yang memperparah kondisi,” tegasnya.

Sumber : LIPUTAN 6
- Dilihat 182 Kali
Berita Terkait

0 Comments